Sampai hari inipun aku ga tau pasti, apa hubungan mata kuliah SBM dengan mahasiswi yang kudu ber-rok ria. Yang pasti, dijurusan yang aku ambil, dengan dosen bapak A**RI itu *hiks, menurut info beberapa teman, beliau sudah meninggal dunia, semua mahasisiwinya akan rela berbondong-bondong melepas atribut celana sejuta umat a.k.a jins.
Ini semua dikarenakan berita tak sedap yang dihembuskan oleh mas dan mbak senior, bahwa kalo pengen lulus mata kuliah tersebut, ikutin anjuran itu. Hayooo, emang siapa yang mau ga lulus pada mata kuliah yang dengan kesadaran tinggi telah kita ambil?
Jadilah setiap kali dosen itu mengajar, didalam tas masing-masing mahasiswi yang cinta celana, akan membawa serepan rok. Dan, 10 menit sebelum kuliah dimulai, maka berdatanganlah Kartini-Kartini episode masa itu memasuki ruang kuliah. Bedanya, mereka ga make konde dan berjarit serta kebaya aja.
Semula aku ga gitu percaya sih. Apa coba korelasinya? Tapi melihat begitu banyaknya kakak kelas, khususnya cewek yang ikut kuliah ulang diangkatanku, keder juga kan? Ditambah lagi, beberapa teman seangkatanku mulai ikut-ikutan memakai rok. Akupun yang masih semester satu itu, mau ga mau mengikuti tradisi ganjil tersebut…
Hanya saja, arrrghh!!!
Aku mendadak parno. Tau enggak, rokku cuman dua. Itupun warnanya abu-abu semua. Yessss!! seragam pas SMA gitu lho. Abu-abunya aja sudah setengah buram. Hedeh!
Dulu aku pikir, asyikkk kuliah nih, bisa bebas make celana. Tiap hari ganti-ganti kemeja beda warna. Bosen itu make t-shirt, it’s okkeylah. Pikirku suka cita dan teteup ngeyel. Tapi ternyata…ough!!! 😦
Disela rasa kecewaku, ternyatalah bayang-bayang ga lulus mata kuliah SBM lebih dominan. Akhirnya aku menyerah. Demi kepentingan lulus mata kuliah SBM dan masa depan cerah, akhirnya aku jahitin 2 motif rok. Beda warna dengan type model sama. Aku masih ingat, modelnya tuh lipit-lipit, panjangnya sepatas lutut, dan yang penting ketika make ato melepasnya ga perlu toilet karena cukup diselubungkan seperti make sarung! Hehehe…
“ Kayak perempuan aja make rok, Fa…” seru beberapa temanku. Huh, mereka tidak menghargai perjuanganku blas…:(
Tepat 2 menit atau kadang bebarengan bel bordering, *eh, di jurusanku make bel lo, kayak sekolahan gitu,- maka pak dosenpun datang.
Uncluk…uncluk…
Suasana kelaspun mendadak sunyi sepi sendiri *halah… Tak satupun teman-teman berani bersuara. Apalagi senior-senior yang ga lulus, pada bungkam deh, nyari aman. Aku juga tertunduk. Yaiyalah, sapa juga yang berani menatap tampang beliau yang… (bisa diliat dikaver buku ini, beneran! Bedanya beliau ga berkumis dan ga bawa tongkat gitu :P)
Dan, ketika pengumuman nilai UAS keluar… Eng ing Engggg!!!
Cihuuuyyy, asyik asyik…nilaiku B lho, saudara-saudara. Bukanlah nilai yang sempurna sihhhh, tapi puasssss rasanya bisa lolos dimata kuliah syereeem ini 🙂
Komentar Pak Lurah:
Siapa dosen yang dimaksud oleh Ulfa Handayani ini? Jawabannya klik DI SINI
Biodata
Nama : Ulfa Handayani
FB : Ulfa Handayani
Alamat : Jl. Raya Purwosari No. 1 KM. 61 Purwosari-Pasuruan
Sinopsis:
Judul : “Killer Nyentrik tapi Asik”
Penulis : Nurul Asmayani, Dkk.
Penerbit : Salamadani Grafindo
Harga : Rp 35.000,00
Jadi mahasiswa sepertinya menyenangkan. Kuliah tanpa seragam, mata kuliah yang bisa dipilih sendiri, hingga hiruk pikuk dunia kampus terlihat begitu memikat. Ada satu hal yang ikut berperan dalam kehidupan mahasiswa. Yaitu dosen. Ada dosen killer, jutek tentu bikin bete dan resah. Namun, ada pula dosen yang baik hati, senang membantu mahasiswa dan tak pelit nilai.
Seperti apa sebenarnya sosok dosen itu? Buku ini menghadirkan sosok dosen lewat kisah-kisah nyata para penulisnya. Bagaimanakah para penulisnya melalui hari-harinya bersama para dosen mereka? Silakan baca semuanya di buku ini.
Filed under: Alumni Unesa, Budaya, Informasi Ringan | Tagged: Pak Dosen dan Rok Mahasiswi, Ulfa Handayani | 1 Comment »